BAHKAN PANDAWA PUN LEBIH KURAWA

Rabu, 21 Maret 2012

tentang dia

Dulu, aku hanya menemui lembap udara, membuat terik matahari bebas meraba. Panasnya menyatu bersama diriku yang kehilangan jejak nyata. 

Sampai hari itu, kamu datang di depan pintu, memberikan rasa yang seolah-olah berkata, "Aku yang kamu tunggu." 

Aku memaku. Kupikir semua hanya ilusi waktu. Tapi, kamu tetap di situ. Hingga aku memejamkan mata sesaat dan memang hanya kamu. Itu lucu. Aku tidak mengenalmu, tapi aku merasakan nyata rasa itu. 

Waktu mulai mengenalmu. Siapa pemilik jiwa yang selalu menggugahku. "Semua akan baik-baik saja." Itu katamu yang membuatku tahu ada sela di antara tanganmu untuk jemariku, tanpa ragu. 

Rasaku serupa telaga dengan tenang riak gerak airnya. Bersamamu kita sama-sama menata, pelan-pelan saja. Biar kita tahu rasanya seperti apa tertawa seperti tak pernah ada luka. 

Aku tidak mau kita mengucap janji selamanya, cukup saling percaya, akan ada bahagia, selama kita bersama. Selama kita berusaha. Selama kita tidak membuat perasaan kita sia-sia. 

Terus genggam tanganku dan rasakan hangatnya. Biar kamu tahu, aku selalu ada. Dan aku pun tahu, kamu ada untuk menjaga. 

Biarkan kita sama-sama mengeja, dengan begitu rasa ini akan tampak nyata senyata-nyatanya. Dan, aku percaya, Tuhan tak mengenal batas samudera. Di mana pun kelak kita berada, hati kita tidak akan ke mana-mana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

message