BAHKAN PANDAWA PUN LEBIH KURAWA

Kamis, 22 Maret 2012

untuk dia

Dia bukan seseorang yang hanya kuanggap 'seseorang', tetapi dia juga adalah 'aku'. Dia melengkapi apa yang aku tidak miliki, dia mengerti apa yang selama ini aku cari, dan dia adalah seseorang yang aku inginkan ada bukan hanya untuk hari ini, tetapi sepanjang sisa waktu.

Kenapa Fajar mencintai Senja? kata Asma Nadia dalam kumpulan cerpennya. Jawabku sekarang, karena Fajar selalu ada untuk menyinari dan Senja ada untuk menyelimuti. Dan.. seperti itu juga adanya kami.

Untuk dia, ketika aku tidak berada dekat di sisinya, ketika dia harus berada di sisi dunia yang lain, aku tahu Allah selalu melindunginya.

Katakan padanya, aku akan baik-baik saja. Aku selalu di sini untuknya. Selalu.

Rabu, 21 Maret 2012

tentang dia

Dulu, aku hanya menemui lembap udara, membuat terik matahari bebas meraba. Panasnya menyatu bersama diriku yang kehilangan jejak nyata. 

Sampai hari itu, kamu datang di depan pintu, memberikan rasa yang seolah-olah berkata, "Aku yang kamu tunggu." 

Aku memaku. Kupikir semua hanya ilusi waktu. Tapi, kamu tetap di situ. Hingga aku memejamkan mata sesaat dan memang hanya kamu. Itu lucu. Aku tidak mengenalmu, tapi aku merasakan nyata rasa itu. 

Waktu mulai mengenalmu. Siapa pemilik jiwa yang selalu menggugahku. "Semua akan baik-baik saja." Itu katamu yang membuatku tahu ada sela di antara tanganmu untuk jemariku, tanpa ragu. 

Rasaku serupa telaga dengan tenang riak gerak airnya. Bersamamu kita sama-sama menata, pelan-pelan saja. Biar kita tahu rasanya seperti apa tertawa seperti tak pernah ada luka. 

Aku tidak mau kita mengucap janji selamanya, cukup saling percaya, akan ada bahagia, selama kita bersama. Selama kita berusaha. Selama kita tidak membuat perasaan kita sia-sia. 

Terus genggam tanganku dan rasakan hangatnya. Biar kamu tahu, aku selalu ada. Dan aku pun tahu, kamu ada untuk menjaga. 

Biarkan kita sama-sama mengeja, dengan begitu rasa ini akan tampak nyata senyata-nyatanya. Dan, aku percaya, Tuhan tak mengenal batas samudera. Di mana pun kelak kita berada, hati kita tidak akan ke mana-mana.

bersamamu

Untukmu, perempuanku...

Tentu kamu belum lupa saat berbagi senja denganku. Senja yang sempurna. Sesempurna apa yang kita punya. Banyak hal yang tidak perlu diceritakan lewat kata. Sebab, kita telah sama-sama mengerti. Sangat mengerti. Seperti katamu, cinta mampu memahami.

"Kamu pensil warna dan aku buku kosongnya," katamu. Aku masih simpan pesanmu itu.

Terima kasih menyediakan ruang untuk menyapukan warna di duniamu. Dan, aku mampu menunggu. Menunggu tanpa memperhitungkan waktu. Sampai detik yang aku tidak tahu, aku tetap ada bersamamu. Jika kamu ragu, aku ingin kamu tahu, artimu untukku sedalam itu.

Hingga sore itu mendengar tawamu, merasakan hangat jemarimu menggenggam tanganku, aku percaya, ada aku dalam langkahmu. Mungkin hanya sebutir debu. Tapi selalu aku percaya. Kubaca lewat suaramu. Lewat sikapmu. Lewat nada bicaramu. Lewat sorot matamu. Suatu waktu, akan ada masa kamu mulai berbicara. Seperti takdir yang tanpa diduga mempertemukan kita.

Akan kubuktikan bahwa aku mampu mencintaimu dengan banyak cara. Aku mampu melaluinya. Demi semua. Ya, semua yang kita harapkan baik untuk langkah selanjutnya.

Satu yang kuminta, lebarkan lagi sela jarimu dan biarkan jemariku menggenggamnya, semampuku. Aku rela tenggelam bersama badai hingga tubuhku porak poranda, asalkan kamu ada. Karena apa pun yang terjadi, semua akan baik-baik saja, itu kan yang selalu kita percaya?

Dari lelakimu...

Selasa, 20 Maret 2012

aku, langit itu dan kamu

"Aku mencintaimu karena seisi jagat raya ini bekerja sama membantuku menemukanmu."
(Paulo Cuelho, The Alchemist)

Percaya kalau sebuah pertemuan adalah keajaiban?

Aku percaya.

Tuhan mempunyai banyak rencana, mungkin aku dan kamu ada di antara rencana-Nya.

Aku bahagia, hanya itu yang aku rasa.

Aku suka caramu membuatku tersenyum--bahkan di saat aku tidak ingin tersenyum. Caramu mengucapkan cinta dengan cara berbeda, yang kamu sendiri tidak tahu arti ucapanmu apa, dan kita sama-sama tertawa. Atau... caramu mengusir kesedihanku dan kesendirianku. "Kita di tempat berbeda, tapi langitnya sama." Katamu.

Jika harus terentang jarak dan waktu, aku percaya, untuk kita sebenarnya tidak sejauh itu. Hanya waktu membiarkan kita sama-sama mengerti, sama-sama memahami, dan menguji besar cinta itu sendiri. Membiarkan kita menunggu. Membiarkan seisi jagat raya membantuku menemukanmu. Dan.. membiarkan waktu mengembalikanmu untukku, lagi.

Di antara belantara dunia, aku tahu kamu selalu ada.
Karena kita selalu punya langit yang sama...

my dearest

Dear you... 

Does loving have to have reasons? My friend said, because it's you. Another said, because the love it is. Then what about me? 

No reason. 
I love you because I want to. 

Love, 
Yours. 

Sabtu, 10 Maret 2012

lamunan palestina

Cukup lama aku terdiam di ujung kota Beit Hanoun, salah satu sudut negeri Palestina yang porak poranda akibat sejumlah roket dan bom yang ditembakkan. Sudah tidak ada tempat yang aman untuk berlindung. Sekolah-sekolah tutup, masjid-masjid dihancurkan, rumah sakit dibom, bahkan di rumah pun menjadi semakin menakutkan. Di manakah tempat aman di negeri ini, ya Allah?

Di telinga ini amat bising dengan bunyi roket yang dijatuhkan, bunyi sirine yang seakan tak ada henti, bunyi suara anak yang kelaparan, bunyi jeritan orang tua dan anaknya tiba-tiba terbujur kaku tak bernyawa, bunyi tangisan sembunyi orangtua ketika anak-anaknya tertidur, bunyi kebingungan seluruh dunia mendamaikan perang ini, bunyi roda-roda tank yang menuju wilayah kota-kota penting Jalur Gaza, bunyi para demonstran yang mengutuk serangan ini.

Malam bertambah dingin karena Ummi tidak berani menutup jendela. Dia takut pecahan kaca akibat radius ledakan mengenai tubuhku dan saudara-saudaraku yang sedang tertidur meski tidak pulas. Abi sudah meninggal akibat serdadu Israel.

Di ujung kota ini aku tepat berada di depan rumah Lama. Rumahnya sudah menjadi tumpukan puing-puing. Beberapa malam setelah sekian jenak kilatan cahaya jingga dan menyusul gempulan asap dari utara rumahku, aku tak tahu bangunan apa yang dijatuhkan roket Israel, dan kemudian aku baru mengetahuinya keesokan harinya. Kebencian itu terlalu bergolak melihat mayat Lama saat disolatkan bersama mayat adiknyaGerahamku saling menekan, jemariku mengepal, kemudian pandangan mataku tiba-tiba kulempar ke arah langit tepatnya ketika telingaku menangkap bunyi ledakan dan ujung mataku terlihat gempulan asap bertebaran di udara. 

Perang ini sudah dimulai berpuluh-puluh tahun sebelum aku dilahirkan dan entah sampai kapan akan berakhir.

Aku masih berada tepat di depan tumpukan puing-puing bangunan, merenungi hal yang sedikit-sedikit mulai aku mengerti. Esok, serangan darat Israel akan kembali menyerbu negeri ini lagi, aku mendengar berita itu dari temanku, Moawiya. Esok, pasti akan ada banyak Lama yang meninggal. Akan ada banyak otangtua yang menangis. Akan ada banyak warga sipil yang kehilangan orang-orang yang dicintai. Akan ada banyak manusia yang tak bernyawa lagi di negeri ini.

Aku berlari menuju rumah meminta izin pada Ummi untuk ikut membantu kakakku, Gamal, bergerilyawan. Harus. Bila tidak diperbolehkan, aku akan mengancam Ummi untuk pergi diam-diam dari rumah dan langsung bergabung dengan organisasi gerilyawan militant yang entah ada di mana.

Aku terus berlari ke arah selatan kota. Ke arah restu Ummi. Ke arah rumah yang beberapa jam kemudian kakakku pulang dan membawaku ikut berperang.

“Allahu akbar!” seruku dalam hati.

Tidak ada perlindungan selain Engkau, ya Rabb…

Kamis, 08 Maret 2012

kami tidak pernah tahu

Would you hold my hand?" he asked. There he was. Did he really wait all this time for me to find him, at last?

One day you will lose someone, and some other time, you will meet another person and your heart will bloom again. You might let go, you might never forget. That other person might be the one, or he will be just another heartbreak. We never know.

One day you might find out that the person you trust and know best turns out to be a stranger. Maybe a stranger you meet on the street will later be the love of your life. Maybe you'll have your heart trampled and lose your faith to love. We never know.

"Would you hold my hand?" he whispered. There he was. He touched my hand softly. "The first time I saw you, I fell in love with you."

The first time I saw him? It was nothing, I had told herself. Ya, I felt nothing when I saw him in the first time. Two people being ghosts to each other. But maybe something will happen one day that I do not understand. Maybe one day I would grow to love him. We never know.

"Would you hold my hand?" he asked again.

"I don't know." I answered softly. "Can I be the one for you? I don't wanna be your second options. I don't wanna lose someone that I love the most for someone else again."

"Then, hold my hand and you'll be the one."

Can I trust him? Doesn't everybody wish to live happily ever after? It looks so easy for some people. But is it really?